Selasa, 19 Januari 2016

my Dream



Essay 2
Sukses terbesar dalam hidup saya adalah ketika saya mampu menjadi juara. Betapa tidak, bagi saya juara adalah sebuah penghargaan atas pengorbanan yang telah saya lakukan. Semenjak kecil saya hanya mengetahui makan, dan bermain. Namun ketika memulai memasuki sekolah dasar disitu awal mula saya berfikir, yang sebelumnya tidak bisa membaca jadi bisa. Awalnya tidak mengetahui perkalian dan pembagian kini menjadi tahu. Semua itu berkat sekolah dan ayah ku yang selalu membimbingku sampai aku bisa. 

Rasanya senang sekali ketika kita bisa memberi tahu teman yang tidak mengerti. Dari motivasi itu saya selalu semangat belajar. Sekolah tidak pernah bolos. Meski fasilitas yang saya dapatkan tidak seperti teman-teman lainnya seragam baru, tas baru, atau sepatu baru ditiap kenaikan kelas. Namun dengan menjadi juara pun hati saya merasa puas membuat ayah saya bangga.
Semangat belajar selain motivasi dari ayah yang terpenting adalah dari dalam diri. Niatkan belajar untuk ibadah, karena jaminan bagi yang menuntut ilmu adalah surga, selama ilmu yang kita pelajari menambah keimanan kita menambah nilai ibadah sehingga ibadah pun jadi rajin.
Jenjang sekolah dari SD, SMP, SMA yang telah dilalui, dengan penuh kesungguhan tiada waktu yang disia-siakan. Dengan belajar sungguh-sungguh itulah saya bisa meraih juara umum ke satu baik di SD, SMP dan SMA. Cita-cita saya selalu berubah karena antara keinginan dan kenyataan harus realistis. Saya yang sekolah hanya mengandalkan beasiswa, berbekal ketekunan dan kerajinan. Cita-cita pertama saya ingin menjadi pedagang sukses, melihat ayah saya yang hanya seorang pedagang, meski kala itu teman-teman ku tidak ada yang menginginkan cita-cita itu. Kedua, saya ingin menjadi pramugari karena saya ingin sekali keliling dunia ditunjang dengan tinggi badan ku saat itu paling tinggi diantara teman-teman perempuan. Tapi menginjak SMP tinggi badan ku tetap tidak bertambah malah beberapa teman-temanku yang tinggi.
Ketiga, saya bertekad ingin menjadi guru matematika, kala itu saya menyukai matematika dan ternyata saya lebih suka menghitung ketimbang hafalan. Saya pun menjadi utusan sekolah mengikuti lomba olimpiade matematika. Menginjak SMA saya mulai merenung, untuk melanjutkan kuliah.  Keterpurukan pun menimpa keluarga kami. Ayah sudah tiada. Bagaimana saya bisa menjadi seorang guru, kalau kuliah pun saya tidak ada biaya. Beberapa tawaran beasiswa dari beberapa kampus mulai mengerubungi namun entah benar atau tidak. Yang pasti tidak ada beasiswa diawal. Rata-rata beasiswa diberikan setelah masuk dulu.
Sehingga ketika ada tawaran PMDK yang kuotanya cuman 1 kursi saya berikan kepada teman saya, karena dia sangat menginginkan sekali. Setelah itu saya mulai istikhoroh meminta petunjuk diberikan jalan yang terbaik. Saya mengikuti ujian masuk di UNAS PASIM, namun gagal. Ujian beasiswa UNPAD, dan beastudi ETOS. Semuanya gagal, dan kemudian saya mengikuti ujian SNMPTN dengan pilihan 3 kampus; yakni, ITB, UI dan UNPAD. Gagal juga. Akhirnya dalam mimpiku saya ditujukan kepada kampus yang ada di Cirebon, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Cirebon yang namanya kini berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon.
Selama 4 tahun saya menjalani kuliah di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Selama itu juga perjuangan hidup saya untuk bisa kuliah dan bertahan hidup. Saya dapat penghargaan dari rector sebagai mahasiswa berpredikat terbaik. Dan kini saya ingin melanjutkan S2 dan itu merupakan impian terbesar saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar