Kontribusiku bagi Indonesia
Peranku
bagi Indonesia tak banyak yang bisa kulakukan terlepas dari berbagai kendala.
Namun, yang saya lakukan adalah sebenar-benarnya untuk membantu sesama warga
Indonesia. Jika tidak kita yang melakukan siapa lagi. Indonesia harus dicintai
oleh warganya sendiri, kalau bukan kita siapa lagi. Indonesia merupakan negara
besar sekitar 17.000 pulau yang ada, beragam adat istiadat, suku bangsa serta
Bahasa daerah yang beragam pula.
Indonesia
saat ini menghadapi berbagai konflik internal maupun eksternal. Konflik
internal biasanya berasal dari perbedaan, tidak sedikit dari masyarakat
Indonesia tidak memahami arti pentingnya persatuan. Sehingga, selalu ada saja
konflik yang ditimbulkan. Sedangkan konflik eksternal sendiri biasanya ditimbulkan
oleh pemerintah kita yang salah dalam mengambil kebijakan, dan kurang persiapan
SDM pun menjadi konflik eksternal.
Berawal
dari aktivitas ku yang menerjunkan diri sebagai relawan di lembaga sosial.
Kegiatan sosial yang kerap saya ikuti misalnya; ada beberapa bidang
diantaranya, kesehatan melalui pengobatan gratis untuk warga yang tidak mampu,
khitan massal, survey PHBS, seminar/sosialisasi untuk warga tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), senam jantung sehat. Bidang pendidikan melalui
program pembinaan anak asuh, mentoring, gebyar atau acara-acara edukasi ketika
peringatan hari besar agama Islam. Disekitar kita ternyata banyak yang perlu
diberdayakan, banyak yang perlu kita bantu. Semua kegiatan ini berawal ketika
saya kuliah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, almamater ku yang membawa ku
disetiap kegiatan yang saya ikuti.
Selama
4 tahun kurang lebih saya aktif di kegiatan aksi sosial, setelah kuliah selesai
saya melibatkan diri bergabung di Ekspedisi NKRI 2014 koridor Maluku dan Maluku
Utara. Itu pun status saya masih menyandang mahasiswa padahal sudah lulus.
Selama 4 bulan kurang lebih di Maluku Utara tepatnya di Halmahera selatan,
Labuha. Saya beserta teman-teman mahasiswa lainnya dari berbagai kampus di
Indonesia mengikuti kegiatan ini dengan suka cita, pahit manisnya kita alami
bersama. Ini adalah salah satu jalan pengabdianku selama disana untuk warga
Indonesia Timur yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Kegiatannya meliputi
beberapa bidang diantaranya; bidang komsos (komunikasi social), bidang penjelajahan,
bidang peneliti. Saya masuk di bidang komsos, karena passion saya disini
sebagai relawan. Kegiatan komsos meliputi; pengobatan gratis, khitan massal,
pengajaran sosialisasi wasbang, pembuatan jembatan yang sudah rusak, rehab
rumah dan kegiatan sosial lain yang menunjang dan yang dibutuhkan.
Antusiasme
dari warga setempat yang menyambut kami dengan baik, menjamu, dan memberikan
layanan tempat tinggal menjadikan kami serasa memiliki saudara sendiri. Saudara
nan jauh disana. Terutama anak-anak usia sekolah yang semangat belajar ketika
kami datang kesana, betapa tidak disana tenaga pengajar sangat minim. Terkadang
satu sekolah dasar hanya ada satu guru yang aktif, padahal sekolah dasar adalah
sekolah utama yang bisa mengantar anak-anak bangsa masa depannya. Dalam waktu
satu bulan paling lama kita mengajar di sekolah tersebut, mulai dari memberikan
pengetahuan tentang materi yang berkaitan dengan pelajaran, motivasi dan
pentingnya pengetahuan wawasan kebangsaan (wasbang).
Saya
dan rekan-rekan didukung penuh oleh sekolah yang bersangkutan terkait materi
yang disampaikan. Kami pun diberikan keleluasaan dan kesempatan yang
sebesar-besarnya untuk mencurahkan segala kemampuan yang kami miliki. Namun,
kami hanyalah bisa mengabdikan apa yang bisa, dan apa yang kami miliki. Masih
terlalu banyak kekurangan. Dari situlah kita menyadari betapa pentingnya
pendidikan. Dengan pendidikan seseorang akan selamat dari kebodohan, telebih
dari itu bisa menyelamatkan orang lain, pendidikkan juga bisa bermanfaat untuk
kehidupan seseorang.
Meski
masih minimnya warga pedalaman yang mengenyam pendidikan, namun kita ketahui
upaya pemerintah pun ada peningkatan terkait masalah pendidikan ini. Selain
menjadi sorotan utama negeri ini, setelah ekonomi. Bahwa pendidikan tak kalah
pentingnya.
Menyadari
akan hal ini saya pun bertekad ingin melanjutkan lagi kuliah S2. Semoga bukan
hanya sebatas mimpi. Pendidikan saat ini
bisa dikatakan mahal, bahkan demi untuk menyekolahkan anaknya orangtua pun
biasanya rela menjual tanah atau ladangnya untuk biaya pendidikan. Bagi
sebagian warga desa tanah merupakan harta yang berharga untuk masa depannya.
Tapi mereka rela menjualnya jika memang mereka yang paham akan arti pentingnya
pendidikan. Tidak sedikit juga orang pinggiran atau orang desa melihat
pendidikan dari sebelah mata. Menganggap pendidikan tiada artinya, lebih utama
kerja dibanding sekolah. Sehingga tidaklah jarang orangtua pun menyekolahkan
anaknya hanya sebatas sekolah dasar, bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali.
Saya
pun menyadari akan mahalnya biaya pendidikan S2 yang nanti akan saya hadapi.
Maka salah satu solusinya adalah dengan mengajukan beasiswa. Meski belum tentu
saya lolos, besar harapan saya suatu saat yang tepat tiba saya pun bisa
mewujudkannya. Adapun kampus yang menjadi sasaran saya adalah UNPAD dengan
bidang studi Magister Komunikasi dan Media. Cita-cita saya ingin menjadi dosen
di salah satu universitas dengan bidang yang saya tekuni yaitu komunikasi
semoga ini juga bisa mengantarkan saya menjadi salah satu putri bangsa yang
bisa merubah dunia pendidikan ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Saya
kira peran praktisi seorang ahli komunikasi pun masih dibutuhkan oleh negeri
ini. Dalam aplikasinya memang tidak mudah menjadi orang yang pandai berdiplomat
terlebih memiliki keahlian khusus bisa beberapa Bahasa yang ada di dunia. Jika
mau berusaha tidak ada yang tidak mungkin. Namun bila kita sudah berusaha tapi
belum ada hasil jangan putus asa karena esok harus menjadi milik kita. Tetap
semangat dan tetap berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik. Salam anak
bangsa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar