Senin, 02 November 2015

Kontribusiku bagi Indonesia



Kontribusiku bagi Indonesia
Peranku bagi Indonesia tak banyak yang bisa kulakukan terlepas dari berbagai kendala. Namun, yang saya lakukan adalah sebenar-benarnya untuk membantu sesama warga Indonesia. Jika tidak kita yang melakukan siapa lagi. Indonesia harus dicintai oleh warganya sendiri, kalau bukan kita siapa lagi. Indonesia merupakan negara besar sekitar 17.000 pulau yang ada, beragam adat istiadat, suku bangsa serta Bahasa daerah yang beragam pula.
Indonesia saat ini menghadapi berbagai konflik internal maupun eksternal. Konflik internal biasanya berasal dari perbedaan, tidak sedikit dari masyarakat Indonesia tidak memahami arti pentingnya persatuan. Sehingga, selalu ada saja konflik yang ditimbulkan. Sedangkan konflik eksternal sendiri biasanya ditimbulkan oleh pemerintah kita yang salah dalam mengambil kebijakan, dan kurang persiapan SDM pun menjadi konflik eksternal. 
Berawal dari aktivitas ku yang menerjunkan diri sebagai relawan di lembaga sosial. Kegiatan sosial yang kerap saya ikuti misalnya; ada beberapa bidang diantaranya, kesehatan melalui pengobatan gratis untuk warga yang tidak mampu, khitan massal, survey PHBS, seminar/sosialisasi untuk warga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), senam jantung sehat. Bidang pendidikan melalui program pembinaan anak asuh, mentoring, gebyar atau acara-acara edukasi ketika peringatan hari besar agama Islam. Disekitar kita ternyata banyak yang perlu diberdayakan, banyak yang perlu kita bantu. Semua kegiatan ini berawal ketika saya kuliah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, almamater ku yang membawa ku disetiap kegiatan yang saya ikuti.
Selama 4 tahun kurang lebih saya aktif di kegiatan aksi sosial, setelah kuliah selesai saya melibatkan diri bergabung di Ekspedisi NKRI 2014 koridor Maluku dan Maluku Utara. Itu pun status saya masih menyandang mahasiswa padahal sudah lulus. Selama 4 bulan kurang lebih di Maluku Utara tepatnya di Halmahera selatan, Labuha. Saya beserta teman-teman mahasiswa lainnya dari berbagai kampus di Indonesia mengikuti kegiatan ini dengan suka cita, pahit manisnya kita alami bersama. Ini adalah salah satu jalan pengabdianku selama disana untuk warga Indonesia Timur yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Kegiatannya meliputi beberapa bidang diantaranya; bidang komsos (komunikasi social), bidang penjelajahan, bidang peneliti. Saya masuk di bidang komsos, karena passion saya disini sebagai relawan. Kegiatan komsos meliputi; pengobatan gratis, khitan massal, pengajaran sosialisasi wasbang, pembuatan jembatan yang sudah rusak, rehab rumah dan kegiatan sosial lain yang menunjang dan yang dibutuhkan.
Antusiasme dari warga setempat yang menyambut kami dengan baik, menjamu, dan memberikan layanan tempat tinggal menjadikan kami serasa memiliki saudara sendiri. Saudara nan jauh disana. Terutama anak-anak usia sekolah yang semangat belajar ketika kami datang kesana, betapa tidak disana tenaga pengajar sangat minim. Terkadang satu sekolah dasar hanya ada satu guru yang aktif, padahal sekolah dasar adalah sekolah utama yang bisa mengantar anak-anak bangsa masa depannya. Dalam waktu satu bulan paling lama kita mengajar di sekolah tersebut, mulai dari memberikan pengetahuan tentang materi yang berkaitan dengan pelajaran, motivasi dan pentingnya pengetahuan wawasan kebangsaan (wasbang).
Saya dan rekan-rekan didukung penuh oleh sekolah yang bersangkutan terkait materi yang disampaikan. Kami pun diberikan keleluasaan dan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk mencurahkan segala kemampuan yang kami miliki. Namun, kami hanyalah bisa mengabdikan apa yang bisa, dan apa yang kami miliki. Masih terlalu banyak kekurangan. Dari situlah kita menyadari betapa pentingnya pendidikan. Dengan pendidikan seseorang akan selamat dari kebodohan, telebih dari itu bisa menyelamatkan orang lain, pendidikkan juga bisa bermanfaat untuk kehidupan seseorang.
Meski masih minimnya warga pedalaman yang mengenyam pendidikan, namun kita ketahui upaya pemerintah pun ada peningkatan terkait masalah pendidikan ini. Selain menjadi sorotan utama negeri ini, setelah ekonomi. Bahwa pendidikan tak kalah pentingnya.
Menyadari akan hal ini saya pun bertekad ingin melanjutkan lagi kuliah S2. Semoga bukan hanya sebatas mimpi.  Pendidikan saat ini bisa dikatakan mahal, bahkan demi untuk menyekolahkan anaknya orangtua pun biasanya rela menjual tanah atau ladangnya untuk biaya pendidikan. Bagi sebagian warga desa tanah merupakan harta yang berharga untuk masa depannya. Tapi mereka rela menjualnya jika memang mereka yang paham akan arti pentingnya pendidikan. Tidak sedikit juga orang pinggiran atau orang desa melihat pendidikan dari sebelah mata. Menganggap pendidikan tiada artinya, lebih utama kerja dibanding sekolah. Sehingga tidaklah jarang orangtua pun menyekolahkan anaknya hanya sebatas sekolah dasar, bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali.
Saya pun menyadari akan mahalnya biaya pendidikan S2 yang nanti akan saya hadapi. Maka salah satu solusinya adalah dengan mengajukan beasiswa. Meski belum tentu saya lolos, besar harapan saya suatu saat yang tepat tiba saya pun bisa mewujudkannya. Adapun kampus yang menjadi sasaran saya adalah UNPAD dengan bidang studi Magister Komunikasi dan Media. Cita-cita saya ingin menjadi dosen di salah satu universitas dengan bidang yang saya tekuni yaitu komunikasi semoga ini juga bisa mengantarkan saya menjadi salah satu putri bangsa yang bisa merubah dunia pendidikan ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Saya kira peran praktisi seorang ahli komunikasi pun masih dibutuhkan oleh negeri ini. Dalam aplikasinya memang tidak mudah menjadi orang yang pandai berdiplomat terlebih memiliki keahlian khusus bisa beberapa Bahasa yang ada di dunia. Jika mau berusaha tidak ada yang tidak mungkin. Namun bila kita sudah berusaha tapi belum ada hasil jangan putus asa karena esok harus menjadi milik kita. Tetap semangat dan tetap berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik. Salam anak bangsa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar