Rabu, 06 Maret 2019

Bidadari Halmahera


Bidadari Halmahera
Part 1
Keberangkatan
Persiapan ke Bandung, butuh waktu dan uang untuk perlengkapan dan perbekalan. Aku waktu itu sibuk muter-muter nyari carier alias tas gunung ukuran 8 liter. Akhirnya ketemu di Lemahwungkuk / Cirebon, ada distro baru peralatan outdoor, aku pun akhirnya membelinya. Sekalian dengan sandal gunung dan kompor lapangan. Namun sayang tas nya tidak ada rain cover nya.
“Mas ini harga tas nya berapa?”
“450 ribu, mba”.. saya pun kaget.
“Serius mas?” Karena setahu saya harganya diatas satu juta.
“Iya serius, masa bercanda. Disini masih murah-murah karena masih promo,” jawabnya.
“Baiklah, kalau begitu saya ambil. Setelah semua nya siap saya pun langsung berangkat.
Tidak ada keraguan saya memantapkan hati apapun yang terjadi saya siap menghadapinya. Saya sudah terbiasa jalan sendiri, tak heran jika orang-orang melihat saya sering jalan kesana kemari sendiri. Dan ibu saya pun tidak pernah melarang saya pergi kemana pun. “Selama itu baik dan bermanfaat,” tuturnya.
Sekitar pukul 12.00 siang dari Cirebon menggunakan mini bus, sepanjang jalan saya sudah memikirkan bagaimana dan apa saja yang harus dipersiapakan. Sambil berdzikir dan berdo’a itulah yang biasa saya lakukan ketika di perjalanan. Kondisi bus saat itu pun tidak sepadat biasanya. saya pun mampir dulu untuk berpamitan ke rumah. Meski tidak ada ibu saya disana. Tapi kakak terbesar saya ada dan supaya tidak merasa kehilangan. Karena jika lolos pelatihan ini saya akan berangkat ke Maluku kurang lebih 4 bulan disana.
Tiba jam 23.00  di Bandung kurang lebih. Suasana jalan kota Bandung masih ramai hilir mudik oleh kendaraan. Saya pun berencana untuk menginap sementara di rumah temen.
“Mi ikutan apa?”, tanya ceu Icha.
“Ekspedisi NKRI teh…”   
“Nanti disana bakal ada latihan pendidikan khusus bersama TNI se tau teteh mah”
“hum…. iya teh”
Meski ada beberapa perlengkapan dan persyaratan yang tidak dibawa. Saya harap itu tidak menjadi kendala. Memasuki bulan penghujan kita harus menyiapkan diri sebaik mungkin. Termasuk kondisi tubuh kita harus penuh stamina.
Malam di kota Bandung meski udara dingin tapi suasana penuh kehangatan. Bertemu lagi dengan sosok teman luar biasa menjadikan diri ini takjub dibuatnya.
“Mau makan apa Mi?”, tanya bu Yuyun.
“Baso tahu, martabak atau apa?”
“Baso tahu bu… boleh”
Kita pun bertiga menikmati Baso tahu Yunus yang terkenal di Bandung saat itu. Waktu semakin larut, kita pun memutuskan untuk pulang. Tidak sabar rasanya ingin segera besok. Aku pun langsung tidur setelah seharian lelah mencari yang tidak ada.
Alarm berbunyi menandakan bahwa ini saatnya aku harus bangun. Mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ku ambil wudlu dan segera melaksanakan Qiyamu lail, tidak lama dari itu adzan subuh pun terdengar.
“Teteh saya pamit pergi ke masjid dulu ya”
“iya”, jawab Ceu Icha.
Letak rumah dengan masjid jaraknya tidak berjauhan sekitar 100 meter an. Jadi itulah mengapa saya lebih memilih sholat di masjid. Selain jaraknya berdekatan juga mendapat pahala yang lebih  daripada sholat sendiri. Setelah iqomah berkumandang sholat subuh pun dimulai. Selepas sholat subuh biasanya dzikir, dilanjutkan tadarus Qur’an. Setelah itu saya kembali membereskan barang apa saja yang harus dipersiapkan.
Hari demi hari, waktu diganti dengan menit, menit pun diganti detik. Tenangkan hati dan jiwa kita, dan selalu mengingat Nya. Dengan penuh asa inilah saatnya ku berangkat menuju pusdikpasus (Pusat Pendidikan Pasukan Khusus) Batujajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar