Bidadari Halmahera
Part 1
Keberangkatan
Persiapan ke
Bandung, butuh waktu dan uang untuk perlengkapan dan perbekalan. Aku waktu itu
sibuk muter-muter nyari carier alias tas gunung ukuran 8 liter. Akhirnya ketemu
di Lemahwungkuk / Cirebon, ada distro baru peralatan outdoor, aku pun akhirnya membelinya.
Sekalian dengan sandal gunung dan kompor lapangan. Namun sayang tas nya tidak
ada rain cover nya.
“Mas ini
harga tas nya berapa?”
“450 ribu,
mba”.. saya pun kaget.
“Serius mas?”
Karena setahu saya harganya diatas satu juta.
“Iya serius,
masa bercanda. Disini masih murah-murah karena masih promo,” jawabnya.
“Baiklah,
kalau begitu saya ambil. Setelah semua nya siap saya pun langsung berangkat.
Tidak ada
keraguan saya memantapkan hati apapun yang terjadi saya siap menghadapinya.
Saya sudah terbiasa jalan sendiri, tak heran jika orang-orang melihat saya
sering jalan kesana kemari sendiri. Dan ibu saya pun tidak pernah melarang saya
pergi kemana pun. “Selama itu baik dan bermanfaat,” tuturnya.
Sekitar pukul
12.00 siang dari Cirebon menggunakan mini bus, sepanjang jalan saya sudah
memikirkan bagaimana dan apa saja yang harus dipersiapakan. Sambil berdzikir
dan berdo’a itulah yang biasa saya lakukan ketika di perjalanan. Kondisi bus
saat itu pun tidak sepadat biasanya. saya pun mampir dulu untuk berpamitan ke
rumah. Meski tidak ada ibu saya disana. Tapi kakak terbesar saya ada dan supaya
tidak merasa kehilangan. Karena jika lolos pelatihan ini saya akan berangkat ke
Maluku kurang lebih 4 bulan disana.
Tiba jam
23.00 di Bandung kurang lebih. Suasana
jalan kota Bandung masih ramai hilir mudik oleh kendaraan. Saya pun berencana
untuk menginap sementara di rumah temen.
“Mi ikutan
apa?”, tanya ceu Icha.
“Ekspedisi
NKRI teh…”
“Nanti disana
bakal ada latihan pendidikan khusus bersama TNI se tau teteh mah”
“hum…. iya
teh”
Meski ada
beberapa perlengkapan dan persyaratan yang tidak dibawa. Saya harap itu tidak
menjadi kendala. Memasuki bulan penghujan kita harus menyiapkan diri sebaik
mungkin. Termasuk kondisi tubuh kita harus penuh stamina.
Malam di kota
Bandung meski udara dingin tapi suasana penuh kehangatan. Bertemu lagi dengan
sosok teman luar biasa menjadikan diri ini takjub dibuatnya.
“Mau makan
apa Mi?”, tanya bu Yuyun.
“Baso tahu,
martabak atau apa?”
“Baso tahu bu…
boleh”
Kita pun
bertiga menikmati Baso tahu Yunus yang terkenal di Bandung saat itu. Waktu
semakin larut, kita pun memutuskan untuk pulang. Tidak sabar rasanya ingin
segera besok. Aku pun langsung tidur setelah seharian lelah mencari yang tidak
ada.
Alarm
berbunyi menandakan bahwa ini saatnya aku harus bangun. Mempersiapkan diri
sebaik mungkin. Ku ambil wudlu dan segera melaksanakan Qiyamu lail, tidak lama
dari itu adzan subuh pun terdengar.
“Teteh saya
pamit pergi ke masjid dulu ya”
“iya”, jawab
Ceu Icha.
Letak rumah
dengan masjid jaraknya tidak berjauhan sekitar 100 meter an. Jadi itulah
mengapa saya lebih memilih sholat di masjid. Selain jaraknya berdekatan juga
mendapat pahala yang lebih daripada
sholat sendiri. Setelah iqomah berkumandang sholat subuh pun dimulai. Selepas
sholat subuh biasanya dzikir, dilanjutkan tadarus Qur’an. Setelah itu saya
kembali membereskan barang apa saja yang harus dipersiapkan.
Hari demi
hari, waktu diganti dengan menit, menit pun diganti detik. Tenangkan hati dan
jiwa kita, dan selalu mengingat Nya. Dengan penuh asa inilah saatnya ku
berangkat menuju pusdikpasus (Pusat Pendidikan Pasukan Khusus) Batujajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar