Sabtu, 25 Juni 2016

Inspirasi Ramadan



Get New Power
Memasuki 19 Ramadan bertepatan dengan 24 Juni 2016 hari ini merupakan penutupan rangkaian acara Inspirasi Ramadan. Seminar 1,5 jam bersama Setia Furqon Kholid diadakan oleh IRMA Salman ITB. Seluruh Jemaah yang hadir tidak hanya mahasiswa setempat namun orang umum pun hadir saat itu termasuk saya. Kata SETIA menjadi penyemangat baru dalam hidup tutur pendiri Setia Training Center itu. Adapun kepanjangan dari SETIA yakni Spiritual power kekuatan dasar keimanan kita, emotional power kekuatan emosi kita, True financial power kekuatan finansial yang benar. Intelektual power kekuatan intelektual merupakan urutan keempat sehingga orang cerdas, pintar dan jenius pun tidak menjamin hidupnya sukses. Akhirat power merupakan kekuatan motivasi kita setelah mencapai kesemuanya jangan lupakan akhirat. Sehingga apa yang dicita-cita kan di dunia di akhirat  pun harus sukses.
Diawali dengan cerita dari sang motivator muda ini, beliau menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya yang saat itu kalau berangkat sekolah ada 3 pilihan, naik angkot, elf atau motor ayahnya (yang sering dikatain ojeg) karena memang mirip, tuturnya. Tapi tidak menyurutkan untuk terus semangat belajar. Termsuk ketika ke Gramedia dia tidak pernah beli buku, tapi dia lebih senang membaca buku, mendengarkan hal-hal yang bermanfaat dan apapun yang berguna bagi dirinya.
Seminar yang interaktiv ini membuat Jemaah tidak ngantuk, terlebih pematerinya santai tapi serius dalam menyampaikan materinya seputar motivasi ini. Beberapa games diantaranya, games saling pijat, games menangkap harimau antara jari telunjuk sebelah kiri dan jari sebelah kanan. Games suit sambal mata tertutup untuk mengetahui sejauh mana kekuatan emotional power nya.
Selanjutnya peserta pun diajak untuk melanjutkan potongan ayat surat yang dbacakan oleh motivator. Dan yang berhasil melanjutkan potongan ayat tsb, oleh pemateri dikasih buku karyanya. Wah, seru kan? Sekaligus mengetes hafalan. Semoga berkah acaranya. Salam Semangat!!!

Selasa, 14 Juni 2016

KISAH 2




Kajian Istiqomah 2 Ramadhan
Selasa, 07 Juni 2016
Sebuah judul besar yang akan diambil dari kajian ini yaitu “Maka Kemanakah kamu akan pergi?” (Attaqwir: 26)
Kembali kepada Allah (Almaidah:105)
“Biarlah bumi yang menceritakan kebaikan-kebaikan yang telah kau torehkan”. Allah akan menceritakan segala hal yang ada di muka bumi.
Karena awal sesuatu adalah awal untuk lainnya. Karena akhir sesuatu adalah akhir untuk lainnya. Karena hidup sesuatu adalah hidup untuk lainnya.
Yang mengelilingi kita ketika kita meninggal adalah, keluarga. Teman dan kerabat. Kembali jasadnya; hartanya. Kebaikan akan dikenang ketika kita sudah tidak ada.

KISAH 6





Menyiapkan Generasi Soleh
Ustadzah Devi melontarkan sebuah pertanyaan ke Jemaah, “Bapak/ibu mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?” ibu-ibu pun menjawab anak sholeh bun. Kemudian pertanyaan sama kepada bapak-bapak, “Bapak-bapak mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?” bapak-bapak menjawab anak soleh bun.
Kemudian beliau menceritakan dalam sebuah majlis Rasulullah dan sahabat terjadilah sebuah perbincangan dengan adanya pertanyaan. “Aku ingin menjadi manusia pintar ya Rasul?” Apa jawaban Rasul? Rasul menjawab: “Tingkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah swt”.
Secara logika apa hubungannya taqwa dengan cerdas. Sebagai gambarannya Rasulullah sebagai tauladan kita. Rasul tidak sekolah kedokteran tapi dia paham kesehatan. Selama hidup Rasul jarang sakit, bisa dibilang tidak pernah sakit kecuali waktu di racun oleh wanita Yahudi dan sebelum beliau wafat. Rasul tidak sekolah sampai perguruan tinggi, tapi beliau jago ekonomi terbukti beliau jago perhitungan dalam dagang. Rasul bukan lulusan geografi tapi beliau bisa menentukan hilal, kiblat dan waktu sholat. Rasul yang dulu ummi, tapi bisa menyampaikan Risalah/wahyu dari Allah. Kata kunci yang beliau pegang adalah taqwa. Rasulullah sangat taqwa kepada Allah meski sudah dijamin surga untuknya namun beliau tetap rajin beribadah.
 Taqwa sendiri dapat diartikan sebagai takut. Takut kepada Allah bukan harus menghindar tapi harus mendekat. Taqwa juga bisa diartikan sebagai cinta. Cinta adalah suatu misteri tapi bisa memberikan energy. Adapun syarat-syarat cinta diantaranya; 1. Care yaitu peduli, jangan mengaku cinta kalau tidak peduli. 2. Responsibility yaitu tanggung jawab, bentuk tanggung jawab kita terhadap Allah yakni kelak bisa mempertanggungjawabkan semua amalan yang telah dilakukan, 3. Knowledge yakni mengetahui, dengan mengetahui sifat-sifatnya dan segala hal tentangNya, 4. Syukur, selalu bersyukur apa yang telah diberikanNya.
Kenapa harus mendidik anak soleh? Karena anak soleh kelak yang akan menjadi amal jariyah. Anak soleh sebagai bekal diakhirat yang akan mengantarkan orangtua ke surgaNya. Pertanyakan kepada anak kita apakah mereka sudah bisa menyolatkan jenazah, apakah mereka sudah hapal doa mayit laki-laki ato perempuan. Apalah arti sekolah jauh-jauh ke luar negri menempuh pendidikan tingga sampai S3 sekalipun kalau tidak bisa menyolatkan jenazah bahkan tidak hapal doa orang meninggal. Karena jangan dipungkiri bahwa masa depan setiap yang hidup adalah kematian.
Sehingga ketika anak-anak kita soleh, sudah siap memandikan orang tua, jika orang tua yang meninggal duluan pertama kali yang memandikan adalah anak kita bukan orang lain. Begitu pun ketika menyolatkan yang menjadi imam dari beberapa Jemaah yang hadir adalah anak kita yang menjadi imamnya. Doa anak yang soleh akan terus mengalir kepada orang tuanya. Oleh sebab itu orang tua perlu mendidik anak yang diutamakan adalah imtak nya (iman dan taqwa) nya. Baru kemudian iptek (ilmu pengetahuan teknologi).  
Jika orang tua sudah berusaha mendidik anak-anaknya menjadi anak soleh. Lantas bagaimana selaku anak untuk membalas kebaikan kepada orang tua?
Pertanyaan terakhir, apa yang sudah aku dan kamu persiapkan untuk memuliakan orang tua?
Hidup tidak seperti apa yang kita inginkan tapi hidup apa yang kita perjuangkan.
Fi sabilillahi bil haq. Wassalam.
10 Ramadhan 1437H

Senin, 06 Juni 2016

KISAH RAMADHAN



 KajIan iStiqomAH Ramadhan part 1

Senin, 06 Juni 2016
Allah menciptakan manusia organ yang dahulu terbentuk yakni pendengaran. Kenapa bisa ada hubungan antara pendengaran dan otak? Karena pendengaran menstimulus rangsangan ke bagian otak. Setiap insan awalnya tidak ada. Begitu pula aku, siapakah aku 30 tahun yang lalu? Pasti tidak tahu jawabannya orang saya aja belum lahir, artinya ini tidak ada. I’m nothing.
Kemudian Allah menciptakan Adam dan Hawa. Adam dari tanah dan Hawa dari tulang rusuk. Setelah keduanya di bumi dan beranak-pinak. Generasi selanjutnya berasal dari setetes air hina yang disebut mani. Lantas apa yang harus disombongkan dari diri ini?
Coba kita buka QS. Al Insan: 1-3;  1. bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat kau sebut? Artinya ini adalah suatu masa yang tidak ada apa-apa sebelum kita terlahir. 2. Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Yang kami hendak mengujinya dengan (perintah dan larangan)karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sehingga terbukti bahwa organ tubuh manusia yang pertama kali terbentuk selama kehamilan adalah telinga dan mata.  3. Sungguh kami telah menunjukkan kepadanya jalan lurus, ada yang bersyukur ada yang kufur.
Setelah kita mentadaburi kalam diatas selanjutnya kita lihat Q.S; Mulk : 23: Katakanlah; Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. Sehingga banyak dari kita yang lalai, maka nikmat manakah yang kamu dustakan. Selanjutnya ada hubungan dengan QS. Annaziat; 41, maka Sungguh Surga lah tempat tinggalnya, yakni bagi orang yang bersyukur dan mentaati perintah Allah. Dalam QS.As-syuaro; 83, (Ibrahim berdo’a) Ya Tuhanku berikanlah aku ilmu dan masukanlah aku kedalam golongan orang-orang saleh. Pada ayat ini terdapat 2 istilah kata Ilman dan hukman, keduanya sama-sama berpengetahuan. Ilmu berarti mengetahui, sedangkan hukman berarti mengetahui dan sudah diamalkan. Ibrahim memohon kepada Allah dengan kata hukman, artinya supaya diberikan pengetahuan yang diamalkan.
Selanjutnya QS. Abasa; 33, maka apabila datang suara yang memekakan (tiupan sangkakala yang kedua), kalam Allah menyebutkan bahwa adanya hari kebangkitan disinilah ada hal-hal yang tidak logis. Namun sebagai orang beriman harus bisa mengimaninya. Dihubungkan dengan QS  AlFajr; 27, wahai jiwa yang tenang, artinya orang-orang yang mensucikan jiwanya melatih diri untuk selalu berbuat kebaikan. Lantas siapakah mereka itu? Dijawab dalam  QS Annisa; 69, dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul maka orang itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.QS ArRad; 23, (yaitu) surga-surga And yang mereka masuk kedalamnya bersama dengan orang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, anak cucunya sedang para malaikat masuk dari semua pintu.
Sebagai kesimpulan tunggu apalagi di Bulan Ramadhan ini untuk menebar kebaikan. Semoga dengan adanya bulan Ramadhan ini sebagai ajang pensucian jiwa kita, pembiasaan menuju arah yang lebih baik, hingga pada akhirnya kita termasuk golongan orang-orang yang berjiwa tenang, yang selalu mensucikan dirinya dengan amalan kebaikan (amal soleh) sehingga surga menanti kita.
Wallahu’alam

Minggu, 05 Juni 2016

Kriteria Saum Ramadhan yang diterima




Bismillah. Alhamdulillah sudah memasuki lagi bulan Ramadlan dimana di bulan ini umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Bagiku di Puasa 1437H ini merupakan yang ke 19 kalinya. Sudah kah mendapatkan makna dari Ramadlan itu sendiri? Tulisan ini sebagai pengingat diri yang terkadang terabaikan.
Dalam sebuah buku karya ust. Nashruddin Syarief mengutipkan sebuah hadits dari beberapa kitab, yang berbunyi; “Jatuh ke tanah hidung seseorang. Masuk kepadanya bulan Ramadhan, lalu ia berlepas diri sebelum diampuni”
Sudah kah memahami petikan hadits tersebut? Saya jelaskan kurang lebih seperti ini, jatuh ke tanah hidung seseorang ini menggambarkan kondisi yang hina, sungguh amat terhina seseorang ketika masuk di bulan Ramadlan tapi tidak menjalankan ibadah / amal soleh di bulan tsb. Maka kondisinya amat terhina sedangkan dirinya belum diampuni Allah.
Alqur’an menjelaskan tentang Ramadlan ada 2 aspek yang perlu kita perhatikan; aspek syariat dan aspek hakikat. Shaum sebagai aturan hukum (syariat) bisa dilihat dalam Alqur’an (2/163-167); mengisyaratkan bahwa dilaksanakan puasa di bulan Ramadhan disesuaikan dengan waktu dan bilangan hari yang telah ditentukan. Aspek kedua (hakikat), hakikat utama dari shaum adalah mencapai derajat taqwa.
Agar shaum di bulan Ramadlan bisa bermakna Rasulullah mencontohkan beberapa amalan diantaranya; berderma, berinfak, bersodaquh, I’tikaf, tadarus Qur’an. Semua amalan ini mengantarkan umat muslim pada hakikat.
Ketika shaum hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, dan tidak merubah perilaku/sikap, itulah yang sia-sia. Shaum Ramadlan kali ini harus bisa menjadikan bulan penuh ampunan. Menerapkan aktivitas amal soleh kita sehingga bisa kembali pada fitri (kesucian).  Kriteria shaum Ramadhan yang diterima tidak mengabaikan aspek syariatnya dan hakikatnya. Mengisi kegiatan di bulan Ramadhan ini dengan tadarus, terawih, menuntut ilmu, berbuat baik kepada orang lain perbanyak sedekah. Dan tak lupa selalu berbakti pada orangtua ya.