Menyiapkan Generasi Soleh
Ustadzah Devi melontarkan sebuah
pertanyaan ke Jemaah, “Bapak/ibu mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?”
ibu-ibu pun menjawab anak sholeh bun. Kemudian pertanyaan sama kepada
bapak-bapak, “Bapak-bapak mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?” bapak-bapak
menjawab anak soleh bun.
Kemudian beliau menceritakan dalam
sebuah majlis Rasulullah dan sahabat terjadilah sebuah perbincangan dengan
adanya pertanyaan. “Aku ingin menjadi manusia pintar ya Rasul?” Apa jawaban
Rasul? Rasul menjawab: “Tingkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah swt”.
Secara logika apa hubungannya taqwa
dengan cerdas. Sebagai gambarannya Rasulullah sebagai tauladan kita. Rasul
tidak sekolah kedokteran tapi dia paham kesehatan. Selama hidup Rasul jarang
sakit, bisa dibilang tidak pernah sakit kecuali waktu di racun oleh wanita
Yahudi dan sebelum beliau wafat. Rasul tidak sekolah sampai perguruan tinggi,
tapi beliau jago ekonomi terbukti beliau jago perhitungan dalam dagang. Rasul
bukan lulusan geografi tapi beliau bisa menentukan hilal, kiblat dan waktu
sholat. Rasul yang dulu ummi, tapi bisa menyampaikan Risalah/wahyu dari Allah.
Kata kunci yang beliau pegang adalah taqwa. Rasulullah sangat taqwa kepada
Allah meski sudah dijamin surga untuknya namun beliau tetap rajin beribadah.
Taqwa sendiri dapat diartikan sebagai takut.
Takut kepada Allah bukan harus menghindar tapi harus mendekat. Taqwa juga bisa
diartikan sebagai cinta. Cinta adalah suatu misteri tapi bisa memberikan
energy. Adapun syarat-syarat cinta diantaranya; 1. Care yaitu peduli, jangan
mengaku cinta kalau tidak peduli. 2. Responsibility yaitu tanggung jawab,
bentuk tanggung jawab kita terhadap Allah yakni kelak bisa
mempertanggungjawabkan semua amalan yang telah dilakukan, 3. Knowledge yakni
mengetahui, dengan mengetahui sifat-sifatnya dan segala hal tentangNya, 4. Syukur,
selalu bersyukur apa yang telah diberikanNya.
Kenapa harus mendidik anak soleh?
Karena anak soleh kelak yang akan menjadi amal jariyah. Anak soleh sebagai
bekal diakhirat yang akan mengantarkan orangtua ke surgaNya. Pertanyakan kepada
anak kita apakah mereka sudah bisa menyolatkan jenazah, apakah mereka sudah
hapal doa mayit laki-laki ato perempuan. Apalah arti sekolah jauh-jauh ke luar
negri menempuh pendidikan tingga sampai S3 sekalipun kalau tidak bisa
menyolatkan jenazah bahkan tidak hapal doa orang meninggal. Karena jangan
dipungkiri bahwa masa depan setiap yang hidup adalah kematian.
Sehingga ketika anak-anak kita soleh,
sudah siap memandikan orang tua, jika orang tua yang meninggal duluan pertama
kali yang memandikan adalah anak kita bukan orang lain. Begitu pun ketika
menyolatkan yang menjadi imam dari beberapa Jemaah yang hadir adalah anak kita
yang menjadi imamnya. Doa anak yang soleh akan terus mengalir kepada orang
tuanya. Oleh sebab itu orang tua perlu mendidik anak yang diutamakan adalah
imtak nya (iman dan taqwa) nya. Baru kemudian iptek (ilmu pengetahuan
teknologi).
Jika orang tua sudah berusaha
mendidik anak-anaknya menjadi anak soleh. Lantas bagaimana selaku anak untuk
membalas kebaikan kepada orang tua?
Pertanyaan terakhir, apa yang sudah
aku dan kamu persiapkan untuk memuliakan orang tua?
Hidup tidak seperti apa yang kita
inginkan tapi hidup apa yang kita perjuangkan.
Fi sabilillahi bil haq. Wassalam.
10 Ramadhan 1437H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar