Selasa, 14 Juni 2016

KISAH 6





Menyiapkan Generasi Soleh
Ustadzah Devi melontarkan sebuah pertanyaan ke Jemaah, “Bapak/ibu mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?” ibu-ibu pun menjawab anak sholeh bun. Kemudian pertanyaan sama kepada bapak-bapak, “Bapak-bapak mau anaknya pintar, cerdas atau soleh?” bapak-bapak menjawab anak soleh bun.
Kemudian beliau menceritakan dalam sebuah majlis Rasulullah dan sahabat terjadilah sebuah perbincangan dengan adanya pertanyaan. “Aku ingin menjadi manusia pintar ya Rasul?” Apa jawaban Rasul? Rasul menjawab: “Tingkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah swt”.
Secara logika apa hubungannya taqwa dengan cerdas. Sebagai gambarannya Rasulullah sebagai tauladan kita. Rasul tidak sekolah kedokteran tapi dia paham kesehatan. Selama hidup Rasul jarang sakit, bisa dibilang tidak pernah sakit kecuali waktu di racun oleh wanita Yahudi dan sebelum beliau wafat. Rasul tidak sekolah sampai perguruan tinggi, tapi beliau jago ekonomi terbukti beliau jago perhitungan dalam dagang. Rasul bukan lulusan geografi tapi beliau bisa menentukan hilal, kiblat dan waktu sholat. Rasul yang dulu ummi, tapi bisa menyampaikan Risalah/wahyu dari Allah. Kata kunci yang beliau pegang adalah taqwa. Rasulullah sangat taqwa kepada Allah meski sudah dijamin surga untuknya namun beliau tetap rajin beribadah.
 Taqwa sendiri dapat diartikan sebagai takut. Takut kepada Allah bukan harus menghindar tapi harus mendekat. Taqwa juga bisa diartikan sebagai cinta. Cinta adalah suatu misteri tapi bisa memberikan energy. Adapun syarat-syarat cinta diantaranya; 1. Care yaitu peduli, jangan mengaku cinta kalau tidak peduli. 2. Responsibility yaitu tanggung jawab, bentuk tanggung jawab kita terhadap Allah yakni kelak bisa mempertanggungjawabkan semua amalan yang telah dilakukan, 3. Knowledge yakni mengetahui, dengan mengetahui sifat-sifatnya dan segala hal tentangNya, 4. Syukur, selalu bersyukur apa yang telah diberikanNya.
Kenapa harus mendidik anak soleh? Karena anak soleh kelak yang akan menjadi amal jariyah. Anak soleh sebagai bekal diakhirat yang akan mengantarkan orangtua ke surgaNya. Pertanyakan kepada anak kita apakah mereka sudah bisa menyolatkan jenazah, apakah mereka sudah hapal doa mayit laki-laki ato perempuan. Apalah arti sekolah jauh-jauh ke luar negri menempuh pendidikan tingga sampai S3 sekalipun kalau tidak bisa menyolatkan jenazah bahkan tidak hapal doa orang meninggal. Karena jangan dipungkiri bahwa masa depan setiap yang hidup adalah kematian.
Sehingga ketika anak-anak kita soleh, sudah siap memandikan orang tua, jika orang tua yang meninggal duluan pertama kali yang memandikan adalah anak kita bukan orang lain. Begitu pun ketika menyolatkan yang menjadi imam dari beberapa Jemaah yang hadir adalah anak kita yang menjadi imamnya. Doa anak yang soleh akan terus mengalir kepada orang tuanya. Oleh sebab itu orang tua perlu mendidik anak yang diutamakan adalah imtak nya (iman dan taqwa) nya. Baru kemudian iptek (ilmu pengetahuan teknologi).  
Jika orang tua sudah berusaha mendidik anak-anaknya menjadi anak soleh. Lantas bagaimana selaku anak untuk membalas kebaikan kepada orang tua?
Pertanyaan terakhir, apa yang sudah aku dan kamu persiapkan untuk memuliakan orang tua?
Hidup tidak seperti apa yang kita inginkan tapi hidup apa yang kita perjuangkan.
Fi sabilillahi bil haq. Wassalam.
10 Ramadhan 1437H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar